Makna Harishun Ala Waqtihi

Harishun Ala Waqtihi (pandai menjaga waktu)

Poin ini penting dimiliki oleh setiap Muslim. Sebab Allah Swt dan Rasul-Nya telah memerintahkannya. Nilai ini harus ada pada diri mereka dan senantiasa menjadi bahan evalusi agar tidak berujung pada kelalaian.

Harishun Ala Waqtihi (pandai menjaga waktu)

Poin ini penting dimiliki oleh setiap Muslim. Sebab Allah Swt dan Rasul-Nya telah memerintahkannya. Nilai ini harus ada pada diri mereka dan senantiasa menjadi bahan evalusi agar tidak berujung pada kelalaian.

Allah SWT memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama, yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi.

Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk pandai mengelola waktunya dengan baik sehingga waktu berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi SAW adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum datang sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.

Wajibnya Menjaga Waktu dan Tidak Menyia-Nyiakannya

Dari Ibnu Abas -radhiallahu anhuma- dia berkata: Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- bersabda:

نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَةُ وَالْفَرَاغُ

“Ada dua nikmat yang kebanyakan orang tertipu padanya: Kesehatan dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhari no. 6412)

Waktu adalah kehidupan, karenanya barangsiapa yang menyia-nyiakan waktunya maka sungguh dia telah menyia-nyiakan hidupnya.


Sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian ulama as-salaf, “Wahai anak Adam, kamu tidak lain kecuali hari-hari, setiap kali berlalu sebuah hari maka sebagian dirimu juga telah pergi darimu.”


Akan tetapi kenyataannya kebanyakan manusia melalaikan nikmat waktu luang ini, mereka mengira bahwa waktu luang adalah waktu untuk bersantai sehingga mereka menelantarkannya. Sungguh mereka inilah orang-orang yang tertipu dan yang mendapatkan kerugian di dunia dan terlebih lagi di akhirat, karena semua waktu luang yang dia miliki akan dimintai pertanggung jawabannya oleh Allah Ta’ala sebelum dia bergerak pada hari kiamat.


Bahkan bukan sekedar waktu luang, akan tetapi masa muda yang menjadi fase terlama yang dialami manusia dalam hidupnya, bahkan semua umurnya akan dimintai pertanggung jawabannya.


Para ulama kita menyatakan bahwa di antara sebab terbesar menyimpangnya seseorang adalah tatkala dia mempunyai banyak waktu luang yang tidak dia manfaatkan dengan baik. Karena di antara jalan masuknya setan untuk menggelincirkan manusia adalah pada waktu luang ini dimana hati kosong dari kegiatan.

1 - 02 - 2023


Makna Mutsaqqoful Fikri


Mutsaqqoful Fikri (Kecerdasan dalam berpikir)

Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan kecuali harus dimulai dengan aktivitas berpikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. 

Mengutip buku What Is Next: Being Success with Islam oleh Mukhamad Yusuf, kecerdasan yang dimaksud adalah peran akal yang digunakan seorang Muslim, di mana setiap aktivitas mereka selalu melibatkan Allah Swt. Sehingga, mereka lebih terarah dan memiliki pola pikir yang Islami.

Kaum intelektual berbeda dengan sarjana dan ilmuwan. Mereka tidak hanya telah melewati pendidikan tinggi dan memperoleh gelar sarjana. Mereka juga tidak sekedar mendalami dan mengembangkan ilmu dengan penalaran dan penelitian. Tapi mereka adalah sekelompok orang yang terpanggil untuk memperbaiki masyarakatnya, menangkap aspirasi mereka, merumuskannya dalam bahasa yang dapat dipahami oleh semua orang, serta menawarkan strategi dan alternatif pemecahan. 

Bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu

Mampu membedakan yang jelek dari yang baik, dan dia menjatuhkan pilihan pada yang baik.

Kritis dalam membaca pembicaraan orang lain, pandai mempertimbangkan ucapan, teori, proposi, pendapat atau dalil-dalil yang dikemukakan oleh orang lain.

Senantiasa mengamalkan ilmunya kepada orang lain untuk memperbaiki masyarakatnya.

Tidak takut kepada siapapun kecuali kepada Allah. Rasa takut ulul-albab yang hanya kepada Allah ini berulangkali disebutkan di dalam Al-Qur’an.

2 - 02 2023


Makna Qowiyyul Jismi

Qowiyyul Jismi Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat


Seorang Muslim haruslah memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan kondisi fisik yang sehat dan kuat. Apalagi berjihad di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya.

Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang Muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi. Namun jangan sampai seorang Muslim sakit-sakitan.

Bahkan Rasulullah SAW menekankan pentingnya kekuatan jasmani seorang Muslim, seperti sabda beliau yang artinya: "Mukmin yang kuat lebih aku cintai daripada mukmin yang lemah". (HR. Muslim) 


Makna Matinul Khuluq

Matinul khuluq merupakan sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk2-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat

 (Akhlaq yang kuat) merupakan akar dari akhlaqul karimah. Kekuatan akhlaq yang berasal dari penerapan tauhid dalam diri, kemudian terjewantahkan menjadi akhlaqul karimah. 

Seorang manusia dibentuk untuk memiliki sikap dan sifat selayaknya manusia. Misalnya, marah ; Seorang Muslim yang marah ketika ajaran Islam dihinakan, hukum Allah ditelantarkan, jelas memiliki akhlaq yang kuat.

Permasalahan tidak menjadi sempit ketika kita tempatkan masalah pada porsinya. Ada alasan dan cara yang menjadi variabel selain dari emosi. Matinul khuluq membawa kita untuk berakhlaq sesuai dengan kondisi dan keadaan. Karena manusia memang bukan malaikat.

Ketika bicara mengenai akhlaqul karimah, kita bicara mengenai implementasi semata, bagaimana berakhlaq secara umum dengan baik. Kenyataan sangat berbeda.

Contoh matinul khuluq adalah ketika Nabi Ibrahim 'alaihissalam ketika beliau berhadapan dengan ayah dan kaumnya. Penuh dengan permusuhan terhadap kemusyrikan. Tidak ada yang menyatakan bahwa akhlaq Nabi Ibrahim ketika itu sebagai akhlaq yang tercela. Bahkan Allah memuji dan perintahkan kita untuk meneladaninya.

Akhlaqul karimah adalah hal yang baik, namun tidaklah cukup. Matinul khuluq meliputi akhlaqul karimah dan keutuhan dalam tauhid.

Mengapa demikian? Karena akhlaqul karimah menjadikan kebaikan dan nilai-nilai manusiawi sebagai parameter. Seorang pendeta bisa berakhlaq yang baik.Namun matinul khuluq menjadikan tauhid sebagai barometer penilaian dan timbangan baik atau buruk. Kepribadian bertauhid yang utuh.

Rasulullah pernah meluruskan pemahaman mengenai pepatah Arab jahiliyah, “Bantulah saudaramu baik ketika ia benar maupun salah.” Mengenai peribahasa itu, Rasul meluruskan membantu saudara dalam kebaikan adalah dengan mendukungnya semampu kita. 

Lalu sahabat menanyakan, “Kami mengerti bagamana membantu dalam kebaikkan, namun bagamana (maksud) membantunya dalam kemaksiatan?”

Rasul menjawab, “Dengan mencegahnya.”

Inilah matinul khuluq. Ketika kita tetap melangkah sesuai dengan tuntunan tauhid sebagai timbangan.

Akhlaqul karimah akan menghentikan kita ketika keadaan membutuhkan tindakan yang tegas, konfrontasi misalnya, namun matinul khuluq tidak.

Makna Shohihul Ibadah

Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah Rasul Saw yang penting, dalam satu haditsnya; beliau menyatakan: ’shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.’ Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul Saw yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.

Hendaknya seseorang tidak mengira bahwa yang dimaksud beribadah sepenuhnya adalah dengan meninggalkan usaha untuk mendapatkan penghidupan dan duduk di masjid sepanjang siang dan malam. Tetapi yang dimaksud adalah hendaknya seorang hamba beribadah dengan hati dan jasadnya, khusyu’ dan merendahkan diri di hadapan Allah Yang Mahaesa, menghadirkan (dalam hati) betapa besar keagungan Allah, benar-benar merasa bahwa ia sedang bermunajat kepada Allah Yang Maha Menguasai dan Maha Menentukan. Yakni beribadah sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits.


“Hendaknya kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihatNya. Jika kamu tidak melihatNya maka sesungguhnya Dia melihatmu”

Janganlah engkau termasuk orang-orang yang (ketika beribadah) jasad mereka berada di masjid, sedang hatinya berada di luar masjid.

Menjelaskan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Beribadahlah sepenuhnya kepadaKu”.

Al-Mulla Ali Al-Qari berkata ; ‘Maknanya, jadikanlah hatimu benar-benar sepenuhnya (berkosentrasi) untuk beribadah kepada Tuhamnu”
Adapun beberapa aplikasi dalam kehidupan sehari-hari dari shahihul ibadah, yaitu :

1. Khusyu’ dalam shalat;
2. Qiyamul-Lail minimal satu kali dalam sepekan;
3. Bersedekah;
4. Berpuasa sunnat minimal dua hari dalam satu bulan;
5. Menjaga organ tubuh (dari dosa);
6. Haji jika mampu;
7. Khusyu’ saat membaca Al Qur’an;
8. Sekali Khatam Al Qur’an setiap dua bulan;
9. Banyak dzikir kepada Allah swt sembari menghafalkan bacaan ringan;
10. Banyak berdo’a dengan memperhatikan syarat dan adabnya;
11. Banyak bertaubat;
12. Selalu memperbaharui niat dan meluruskannya;
13. Memerintahkan yang Ma’ruf;
14. Mencegah yang Munkar;
15. Ziarah kubur untuk mengambil ‘Ibrah;
16. Merutinkan shalat sunnah Rawatib;
17. Senantiasa bertafakkur;
18. Beri’tikaf satu malam pada setiap bulannya


Makna Salimul Aqidah

Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan- ketentuan-Nya.

Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta alam" (QS 6:162).

Karena memiliki aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam da’wahnya kepada para sahabat di Makkah, Rasulullah Saw mengutamakan pembinaan aqidah, iman atau tauhid.

Salimul aqidah merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang lurus, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada ALLAH SWT, dan tidak akan menyimpang dari jalan serta ketentuan-ketentuan-Nya.

Beberapa contoh dari penerapan Salimul Aqidah, yaitu:


1. Tidak mengkafirkan seorang muslim;

2. Tidak mengedepankan makhluq atas Khaliq;

3. Mengingkari orang-orang yang memperolok-olokkan ayat-ayat Allah swt dan tidak bergabung dalam majlis/kelompok mereka;

4. Tidak menyekutukan Allah swt, dalam Asma-Nya, sifat-Nya dan Af’al-Nya;

5. Tidak meminta berkah dengan berdoa di kuburan

6. Berteman dengan orang-orang fshalih dan meneladaninya

7. Merasakan adanya para malaikat mulia yang mencatat amalnya;

8. Tidak berhubungan dengan Jin dan Tidak meminta bantuan dari orang yang bergantung pada bantuan jin

9. Tidak mengundi nasib

10. Tidak bersumpah dengan selain Allah

11. Tidak mempercayai adanya sial

12. Menerima sepenuhnya ketentuan dari Allah dan Mengikhlaskan amal hanya karena Allah

13. Bersyukur kepada Allah SWT ketika menerima nikmat sekecil apapun

14. Tidak mempercayai ramalan bintang dan sejenisnya

Makna Muwasofat Muslim

Muwashofat muslim merupakan karakter atau kepribadian yang menjadi ciri khas Muslim sesuai Al Quran dan Sunnah yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari

Qur'an dan Sunnah merupakan dua pusaka Rasulullah saw yang harus selalu dirujuk oleh setiap muslim dalam segala aspek kehidupan. Satu dari sekian aspek kehidupan yang amat penting adalah pembentukan dan pengembangan peribadi muslim. Peribadi muslim yang dikehendaki oleh Al-Qur'an dan sunnah adalah pribadi yang shaleh, peribadi yang sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari Allah Swt.


Hasan Al Banna merumuskan 10 karakteristik muslim yang dibentuk didalam madrasah tarbawi Ihwanul muslimin. Karakteristik ini seharusnya yang menjadi ciri khas dalam diri seseorang yang mengaku sebagai muslim, yang dapat menjadi furqon (pembeda) yang merupakan sifat-sifat khususnya (muwashofat).

Demikian secara umum profil seorang muslim yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadits, sesuatu yang perlu kita standarisasikan pada diri kita masing-masing.

Belajar ikhtiar

Secara istilah ikhtiar adalah usaha sungguh-sungguh seorang hamba untuk memperoleh apa yang dikehendakinya. Orang yang berikhtiar berarti dia memilih suatu pekerjaan kemudian dia melakukan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh agar dapat berhasil dan sukses

Secara umum, ikhtiar dipandang sebagai sikap seorang muslim mengerahkan segala usaha yang dimilikinya. Itu artinya dengan sikap ikhtiar, seorang muslim akan terhindar dari rasa ingin menyerah dan putus asa

Secara sederhana, ikhtiar bisa dikatakan sebagai usaha lahiriah yang dilakukan manusia untuk mencapai suatu tujuan. Seseorang perlu bergerak untuk bisa mencapai apa yang diinginkan dan memenuhi apa yang dibutuhkan. Dapat diimajinasikan saat orang tidak bisa bekerja.

Ikhtiar berikutnya adalah dengan melakukan kerja keras dalam menggapai sebuah mimpi. Berusaha dengan mengerahkan segala kemampuan yang sudah diberikan oleh Allah SWT harus dilakukan untuk meraih sesuatu yang diinginkan, dalam hal ini malas dan bekerja seenaknya sangat tak dianjurkan

Keutamaan Istighfar


Sebagai umat Islam, tentu kita tahu bahwa istighfar merupakan salah satu doa memohon ampun kepada Allah SWT atas dosa dan juga khilaf yang kita lakukan. Dengan mengucapkan kalimat istighfar, itu artinya kita merendahkan diri di hadapan Allah SWT dan beriman akan hari pembalasan. Hal tersebut tergambar di dalam hadits Rasulullah mengenai nasib Ibnu Jad’an di neraka akibat tidak pernah membaca istighfar.

Bacaan istighfar ini akan menyelamatkan kita dari dosa merasa suci dan juga ma’sum bagai nabi. Karena Nabi Muhammad ataupun Nabi Ibrahim sekalipun yang dijamin oleh Allah terjaga dari doa, mereka tetap berdoa memohon ampun kepada Allah. Jadi, selain kewajiban, amalan yang satu ini menjadi kebutuhan kita sebagai orang Islam.


Sebelum membahas mengenai bacaan istighfar yang lengkap dengan artinya, alangkah lebih baik kita membahas terlebih dulu esensi dari lafadz ini. Supaya dzikir kita terasa lebih khusyuk.

Istighfar sendiri sudah diserap ke dalam Bahasa Indonesia menjadi “istigfar” yaitu dari masdar atau abstract noun dari kata kerja istaghfara yang artinya meminta atau memohon ampunan. Kata kerja ini berasal dari kata ghafara-yaghfiru yang berarti mengampuni atau memaafkan. Kemudian maghfirah yang artinya pengampunan. Ada pula sinonim kata maghfiroh dan gufron (kata dasar dari istighfar), yaitu “afwu”. Jika boleh dipadankan, kurang lebih artinya adalah memaafkan.

Terdapat beberapa pembahasan panjang mengenai hal ini, bedanya yaitu:

– Kata “maghfiroh” (ampunan) hanya berlaku kepada Allah SWT. Kita akan beristighfar atau memohon ampun kepada Allah SWT dan hanya Allah SWT yang bisa mengampuni dosa kita.
– Kata “afwu” (memaafkan) terkadang dipakai sesama manusia. Kita biasa mengatakan “afwan” pada teman yang berkata “syukron”.
– Maghfiroh berarti menutupi dosa dan afwu yang artinya menghapus dosa, keduanya sama, serupa, dan saling berkaitan.

Sehingga, nantinya jangan heran jika dijumpai di dalam Al-Quran ataupun Hadits turunan kata yang memuat huruf ain ,fa, dan mungkin juga wawu. Dalam beberapa teks, istighfar juga dapat berupa atau dibarengi dengan pengakuan dosa atau kesalahan.

Lafazd yang satu ini tentu sudah tidak asing lagi ditelinga orang Islam. Sengaja ataupun tidak, kita belajar mengucapkannya dari mendengar para orang tua mengucapkannya. Bahkan, tidak sedikit rekanan non muslim yang bisa melafalkannya. Terlepas bacaan yang mereka ucapkan benar atau salah.

Biasanya, bacaan istighfar singkat ini dibaca oleh Nabi Muhammad SAW sebanyak tiga kali setelah shalat. Bacaannya yaitu sebagai berikut:


(Astaghfirullah)

Artinya: Aku memohon ampun kepada Allah.

Ada juga yang belakangnya ditambah beberapa kata:

(Astaghfirullahal ‘adhiim)


Keutamaan Bacaan Istighfar

Menurut sebuah penelitian dari Jurnal Universitas Islam Indonesia, ada beberapa pengaruh yang cukup signifikan terhadap kecemasan sebelum dan sesudah diberikan terapi bacaan istighfar dan ada pula efek yang dihasilkan oleh terapi tersebut. Itu hanyalah salah satu dari jutaan manfaat yang akan dirasakan oleh orang-orang yang sering membaca istighfar. Tak hanya itu saja, ada banyak sekali keutamaan istighfar lainnya yang dapat ditemukan di dalam Al-Quran dan hadits. Beberapa keutamaannya antara lain:

1. Memperoleh Ampunan dari Allah SWT

Sama seperti artinya, istighfar merupakan doa meminta ampun kepada Allah SWT atas segala doa yang sudah diperbuat. Hal tersebut harus dilakukan dengan cara sungguh-sungguh supaya memperoleh keutamaan istighfar tersebut. Di dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman:

(Wa may ya’mal su`an au yazlim nafsahu summa yastagfirillaha yajidillaha gafurar rahima)

Artinya: “Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS An-Nisa: 110)

Bahkan, ketika seseorang bersungguh-sungguh beristighfar dan bertaubat, maka Allah SWT akan mengampuni sebanyak apapun dosa yang telah dilakukan. Seperti yang ada di dalam sebuah hadits yang berbunyi:

Artinya: “Allah berfirman: ‘Wahai anak Adam, sesungguhnya kamu memohon dan berharap kepada-Ku, niscaya Aku mengampunimu betapapun banyaknya (dosa) yang ada pada dirimu dan Aku tidak peduli.

Wahai anak Adam, sekiranya dosa-dosamu mencapai awan di langit lalu kamu memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak peduli.” (HR. Tirmidzi)

2. Mendapatkan Rahmat-Nya

Dalam Alquran, Allah SWT berfirman:

(Qala ya qaumi lima tasta’jiluna bis-sayyi`ati qablal-hasanah, lau la tastagfirunallaha la’allakum tur-hamun)

Artinya: “Dia (Shalih) berkata: ‘Hai kaumku, mengapa kalian meminta disegerakan suatu keburukan sebelum kebaikan? Mengapakah kalian tidak memohon ampun kepada Allah supaya kalian mendapatkan rahmat.” (QS An-Naml: 46)

3. Memperoleh Keberuntungan

Orang-orang yang sering membaca bacaan istighfar, maka akan memperoleh keberuntungan terutama di akhirat kelak. Di dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: “Beruntunglah orang yang di dalam catatan amalnya terdapat istighfar yang banyak.” (HR Ibnu Majah)

4. Memperoleh Kebahagiaan

Keutamaan dari bacaan istighfar lainnya yang akan kita rasakan nanti ketika kita membuka catatan amal di Yaumul Hisab. Karena diri kita akan memperoleh sebaik-baiknya kebahagiaan. Berikut ini adalah hadits yang membahas mengenai hal tersebut:

Artinya: “Barangsiapa yang ingin catatan amalnya menyenangkannya, maka perbanyaklah istighfar.” (HR Baihaqi)


5. Memperoleh Keberkahan

Bacaan istighfar juga akan mendatangkan keberkahan langit, diantaranya yaitu dalam bentuk hujan. Hal tersebut sebagaimana yang telah dirasakan oleh Nabi Nuh AS ketika mengajarkan kepada para umatnya. Di dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman:

(Fa qultustagfiru rabbakum innahu kana gaffara Yursilis-sama`a ‘alaikum midrara)

Artinya: “Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat.” (QS Nuh: 10-11)

6. Membukakan Pintu Rezeki

Keutamaan istighfar selanjutnya adalah bisa membuka pintu rezeki. Oleh sebab itu, mudah saja bagi Allah SWT untuk memberikan rezeki kepada orang-orang yang gemar membaca bacaan istighfar. Di dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman:

(wa yumdidkum biamwaliw wa banina wa yaj’al lakum jannatiw wa yaj’al lakum an-hara)

Artinya: “Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS Nuh: 12)

7. Cepat Mendapatkan Keturunan

Di dalam Surat Nuh ayat ke 12 diatas, keutamaan dari bacaan istighfar tidak hanya akan memperbanyak harta saja, namun juga memperbanyak anak-anak atau keturunan. Banyak para ulama yang memahami keutamaan ini, sehingga mereka sangat menganjurkan orang-orang yang ingin mempunyai anak supaya banyak beristighfar.

8. Ditambahkan Kekuatan

Dalam Alquran Allah SWT berfirman:

(Wa ya qaumistagfir? rabbakum ?umma t?bu ilaihi yursilis-sama`a ‘alaikum midraraw wa yazidkum quwwatan ila quwwatikum wa la tatawallau mujrimin)

Artinya: “Dan (dia berkata): ‘Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa,” (QS Hud: 52)

Itulah beberapa bacaan istighfar yang bisa kamu amalkan dan beberapa keutamaan yang bisa kamu dapatkan jika membacanya secara rutin dan bersungguh-sungguh.




Etika Dalam Bermedia Sosial


Di era digital saat ini, dimana komunikasi bisa dilakukan secara bebas tanpa batasan waktu dan tempat, ada banyak hal yang terabaikan. Masyarakat Indonesia yang seharusnya menjunjung adat ketimuran dapat menunjukkan nilai-nilai budaya Indonesia yang sudah dikenal dunia seperti keramah-tamahan dan kesopanannya. Sayangnya, hal ini sepertinya terlupakan dan terabaikan ketika berselancar di dunia maya. Ketika mengunjungi platform media sosial seperti Instagram, Facebook atau Twitter maupun layanan video berbagi seperti  YouTube, kita dengan mudah menjumpai konten-konten sensitif seperti konten dengan tema politik, suku, agama dan ras, bila kita merujuk pada kolom komentar tentu akan kita jumpai banyak sekali komentar-komentar yang tidak mengindahkan lagi norma-norma kesopanan yang ada di masyarakat Indonesia.

Adapun Etika komunikasi yang baik dalam media sosial adalah jangan menggunakan kata kasar, provokatif, porno ataupun SARA; jangan memposting artikel atau status yang bohong; jangan mencopy paste artikel atau gambar yang mempunyai hak cipta, serta memberikan komentar yang relevan.


Etika dalam bermedia sosial

1.    Pergunakan bahasa yang baik

Dalam beraktivitas di media sosial, hendaknya selalu menggunakan bahasa yang baik dan benar sehingga tidak menimbulkan resiko kesalahpahaman yang tinggi. Alangkah baiknya apabila sedang melakukan komunikasi pada jaringan internet menggunakan bahasa yang sopan dan layak serta menghindari penggunaan kata atau frasa multitafsir. Setiap orang memiliki preferensi bahasa yang berbeda, dan dapat memaknai konten secara berbeda, setidaknya dengan menggunakan bahasa yang jelas dan lugas Anda telah berupaya mengunggah konten yang jelas pula.

2.    Hindari Penyebaran SARA, Pornografi dan Aksi Kekerasan

Sebisa mungkin hindari menyebarkan informasi yang mengandung unsur SARA (Suku, Agama dan Ras) serta pornografi pada jejaring sosial. Biasakan untuk menyebarkan hal-hal yang berguna dan tidak menimbulkan konflik antar sesama. Hindari juga mengupload foto kekerasan seperti foto korban kekerasan, foto kecelakaan lalu lintas maupun foto kekerasan dalam bentuk lainnya. Jangan menambah kesedihan para keluarga korban dengan menyebarluaskan foto kekerasan karena mungkin saja salah satu dari keluarganya berada di dalam foto yang Anda sebarkan.

3.    Kroscek Kebenaran Berita

Anda diharapkan waspada ketika kita menerima suatu informasi dari media sosial yang berisi berita yang menjelekkan salah satu pihak di media sosial dan bertujuan menjatuhkan nama baik seseorang dengan menyebarkan berita yang hasil rekayasa. Maka hal tersebut menuntut anda agar lebih cerdas lagi saat menangkap sebuah informasi, apabila Anda ingin menyebarkan informasi tersebut, alangkah bijaknya jika Anda melakukan kroscek terlebih dahulu atas kebenaran informasi tersebut.

4.    Menghargai Hasil Karya Orang Lain

Pada saat menyebarkan informasi baik dalam bentuk foto, tulisan maupun video milik orang lain maka biasakan untuk mencantumkan sumber informasi sebagai salah satu bentuk penghargaan atas hasil karya seseorang. Jangan membiasakan diri untuk serta merta mengcopy-paste tanpa mencantumkan sumber informasi tersebut.

5.    Jangan Terlalu Mengumbar Informasi Pribadi

Ada baiknya Anda harus bersikap bijak dalam menyebarkan informasi mengenai kehidupan pribadi (privasi) Anda saat sedang menggunakan media sosial. Janganlah terlalu mengumbar informasi pribadi Anda terlebih lagi informasi mengenai nomor telepon atau alamat rumah Anda. Hal tersebut bisa saja membuat kontak lain dalam daftar Anda juga akan menjadi informasi bagi mereka yang ingin melakukan tindak kejahatan kepada diri Anda.


Kita, masyarakat secara umum, haruslah lebih sadar dengan aturan dalam menggunakan media sosial. Walaupun orang lain tidak mengetahui identitas asli kita, alangkah baiknya bila kita tetap menjaga sopan santun dan tata krama yang selama ini menjadi nilai kebanggaan bangsa Indonesia. Kita tentunya tidak menginginkan jika netizen Indonesia terkenal di mata dunia bukan karena prestasi tetapi karena kata-kata tidak sopan dan kelakuan bar-bar yang ditebarkan di dunia maya. Bijaklah dalam menggunakan media sosial demi diri kita sendiri dan masyarakat yang lebih baik. Jadi pergunakanlah media sosial sebaik dan sebijak mungkin terlebih lagi dalam hal penyebaran informasi. Biasakan untuk selalu berpikir terlebih dahulu sebelum Anda bertindak. Semoga bermanfaat


Belajar Istiqomah

Istiqomah berarti sikap kukuh pada pendirian dan konsekuen dalam tindakan. Dalam makna yang luas, istiqomah adalah sikap teguh dalam melakukan suatu kebaikan, membela dan mempertahankan keimanan dan keislaman, walaupun menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan.

Contoh Perilaku Istikamah
  • Selalu menjalankan perintah Allah Swt. dan senantiasa selalu menjauhi apa yang menjadi larangan-Nya dalam keadaan apa pun dan di mana pun.
  • Melaksanakan salat lima waktu tepat pada waktunya.
  • Belajar terus-menerus dalam hal kebaikan sampai benar-benar paham.

Sebagai orang muslim, kita diperintahkan untuk selaras atas tindakan dan keyakinan kita. Sepertihalnya kita diwajibkan meyakin enam rukun iman.

Pada rukun iman pertama, “Saya percaya kepada Allah”, aspek ini melibatkan diri kita yang percaya kepada Allah yang berarti bahwa ada seperangkat keyakinan tertentu yang kita pegang dalam kaitannya dengan Allah.


Itulah mengapa Aqidah sangat penting karena di sana kita mengetahui hal-hal yang dapat kita katakan tentang Allah dan hal-hal yang tidak dapat kita katakan tentang Allah.

Aspek istiqomah melibatkan seseorang dalam hal kejujuran, seseorang yang dengan setia memenuhi kewajibannya terhadap Allah. Selain ibadah-ibadah yang wajib dan sunnah, ini menyangkut kejujuran akhlak, berbuat baik kepada orang-orang yang ada di sekitar kita, keluarga kita, tetangga, sahabat, masyarakat, semangat gotong royong.

Jika melihat hubungan antara kata “ istiqamah ” dan “ Sirah mustaqeen ” (Jalan yang Lurus), kita dapat memahami bahwa inilah jalan yang menjadikan hidup kita apa adanya. Istiqamah adalah setia memenuhi tugas kita di jalan itu

Terdapat beberapa hadist Nabi Solallohu ‘alaihi wa sallam juga menyebutkan mengenai perintah istiqomah kepada manusia. Berikut ini beberapa di antara dalil-dalil istiqomah adalah sebagai berikut:

Telah dijelaskan dalam Alqur’an surat Fushilat ayat 30 dengan arti:

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah mereka dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.”

Kemudian di dalam hadist juga telah disebutkan anjuran untuk beristiqomah. Seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW: “Ya Rasulullah, tolong ajarkan sesuatu kepadaku yang paling penting dalam islam dan saya tidak akan bertanya lagi kepada siapapun. Nabi SAW menjawab: “Katakanlah aku beriman kepada Allah, kemudian istiqomah (konsisten menjalankan perintah dan menjauhi larangan).”


Istiqomah bagi umat Islam mengandung beberapa keutamaan yang tentu akan diperoleh bagi siapapun yang menjalankannya. Di dalam sebuah ayat di dalam Alqur’an, Allah berfirman bahwa seorang muslim yang tetap istiqomah di jalan-Nya maka akan selalu dilapangkan rezekinya oleh Allah SWT. Hal ini tertulis di dalam Surat Al-Jin ayat 16 yang artinya:

“Dan bahwasannya jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang melimpah).”

Sselanjutnya keutamaan yang kedua adalah diberikan rasa aman dan diangkat segala kesedihan. Allah SWT akan memberikan rasa aman dan damai bagi mereka yang selalu istiqomah di jalan-Nya. Hal ini sesuai dengan Alqur’an Surat Fushilat ayat 30.



Robbanaa laa tuzigh quluubanaa ba'da idz hadainaa, wa hab lanaa min-ladunka rohmatan, innaka antal-wahhaab.

Artinya: “Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkau-lah Dzat yang Maha Pemberi (karunia).”




Belajar Tawakal

Tawakal atau tawakkul berarti mewakilkan atau menyerahkan. Dalam agama Islam, tawakal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu keadaan

Sebagian orang menganggap bahwa tawakal adalah sikap pasrah tanpa melakukan usaha sama sekali. Contohnya dapat kita lihat pada sebagian pelajar yang keesokan harinya akan melaksanakan ujian. Pada malam harinya, sebagian dari mereka tidak sibuk untuk menyiapkan diri untuk menghadapi ujian besok namun malah sibuk dengan main game atau hal yang tidak bermanfaat lainnya. Lalu mereka mengatakan, “Saya pasrah saja, paling besok ada keajaiban.”

Apakah semacam ini benar-benar disebut tawakal?! Semoga pembahasan kali ini dapat menjelaskan pada pembaca sekalian mengenai tawakal yang sebenarnya dan apa saja faedah dari tawakal tersebut.

Tawakal yang Sebenarnya

Ibnu Rajab rahimahullah dalam Jami’ul Ulum wal Hikam tatkala menjelaskan hadits no. 49 mengatakan, “Tawakal adalah benarnya penyandaran hati pada Allah ‘azza wa jalla untuk meraih berbagai kemaslahatan dan menghilangkan bahaya baik dalam urusan dunia maupun akhirat, menyerahkan semua urusan kepada-Nya serta meyakini dengan sebenar-benarnya bahwa ‘tidak ada yang memberi, menghalangi, mendatangkan bahaya, dan mendatangkan manfaat kecuali Allah semata‘.”

Tawakal Bukan Hanya Pasrah

Perlu diketahui bahwa tawakal bukanlah hanya sikap bersandarnya hati kepada Allah semata, namun juga disertai dengan melakukan usaha.

Ibnu Rajab mengatakan bahwa menjalankan tawakal tidaklah berarti seseorang harus meninggalkan sebab atau sunnatullah yang telah ditetapkan dan ditakdirkan. Karena Allah memerintahkan kita untuk melakukan usaha sekaligus juga memerintahkan kita untuk bertawakal. Oleh karena itu, usaha dengan anggota badan untuk meraih sebab termasuk ketaatan kepada Allah, sedangkan tawakal dengan hati merupakan keimanan kepada-Nya.

Sebagaimana Allah Ta’ala telah berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, ambillah sikap waspada.” (QS. An Nisa [4]: 71).

Allah juga berfirman (yang artinya), “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang.” (QS. Al Anfaal [8]: 60).

Juga firman-Nya (yang artinya), “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah” (QS. Al Jumu’ah [62]: 10).

Dalam ayat-ayat ini terlihat bahwa kita juga diperintahkan untuk melakukan usaha.

Sahl At Tusturi mengatakan, “Barang siapa mencela usaha (meninggalkan sebab) maka dia telah mencela sunnatullah (ketentuan yang Allah tetapkan -pen). Barang siapa mencela tawakal (tidak mau bersandar pada Allah, pen) maka dia telah meninggalkan keimanan. (Lihat Jami’ul Ulum wal Hikam)


Burung Saja Melakukan Usaha untuk Bisa Kenyang

Dari Umar bin Al Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya kalian betul-betul bertawakal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rezeki sebagaimana burung mendapatkan rezeki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Al Hakim. Dikatakan shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash Shohihah no. 310)

Imam Ahmad pernah ditanyakan mengenai seorang yang kerjaannya hanya duduk di rumah atau di masjid. Pria itu mengatakan, “Aku tidak mengerjakan apa-apa sehingga rezekiku datang kepadaku.” Lalu Imam Ahmad mengatakan, “Orang ini tidak tahu ilmu (bodoh). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Allah menjadikan rezekiku di bawah bayangan tombakku.” Dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda (sebagaimana hadits Umar di atas). Disebutkan dalam hadits ini bahwa burung tersebut pergi pada waktu pagi dan kembali pada waktu sore dalam rangka mencari rizki. (Lihat Umdatul Qori Syarh Shohih Al Bukhari, 23/68-69, Maktabah Syamilah)

Al Munawi juga mengatakan, “Burung itu pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali ketika sore dalam keadaan kenyang. Namun, usaha (sebab) itu bukanlah yang memberi rezeki, yang memberi rezeki adalah Allah ta’ala. Hal ini menunjukkan bahwa tawakal tidak harus meninggalkan sebab, akan tetapi dengan melakukan berbagai sebab yang akan membawa pada hasil yang diinginkan. Karena burung saja mendapatkan rezeki dengan usaha sehingga hal ini menuntunkan pada kita untuk mencari rezeki. (Lihat Tuhfatul Ahwadzi bisyarhi Jaami’ At Tirmidzi, 7/7-8, Maktabah Syamilah)


Tawakal yang Termasuk Syirik

Setelah kita mengetahui pentingnya melakukan usaha, hendaknya setiap hamba tidak bergantung pada sebab yang telah dilakukan. Karena yang dapat mendatangkan rezeki, mendatangkan manfaat dan menolak bahaya bukanlah sebab tersebut tetapi Allah ta’ala semata.

Imam Ahmad mengatakan bahwa tawakal adalah amalan hati yaitu ibadah hati semata (Madarijus Salikin, Ibnul Qayyim, 2/96). Sedangkan setiap ibadah wajib ditujukan kepada Allah semata. Barang siapa yang menujukan satu ibadah saja kepada selain Allah maka berarti dia telah terjatuh dalam kesyirikan. Begitu juga apabila seseorang bertawakal dengan menyandarkan hati kepada selain Allah -yaitu sebab yang dilakukan-, maka hal ini juga termasuk kesyirikan.

Tawakal semacam ini bisa termasuk syirik akbar (syirik yang dapat mengeluarkan seseorang dari Islam), apabila dia bertawakal (bersandar) pada makhluk pada suatu perkara yang tidak mampu untuk melakukannya kecuali Allah ta’ala. Seperti bersandar pada makhluk agar dosa-dosanya diampuni, atau untuk memperoleh kebaikan di akhirat, atau untuk segera memperoleh anak sebagaimana yang dilakukan oleh para penyembah kubur dan wali.

Mereka menyandarkan hal semacam ini dengan hati mereka, padahal tidak ada siapapun yang mampu mengabulkan hajat mereka kecuali Allah ta’ala. Apa yang mereka lakukan termasuk tawakal kepada selain Allah dalam hal yang tidak ada seorang makhluk pun memenuhinya. Perbuatan semacam ini termasuk syirik akbar. Na’udzu billah min dzalik.

Sedangkan apabila seseorang bersandar pada sebab yang sudah ditakdirkan (ditentukan) oleh Allah, namun dia menganggap bahwa sebab itu bukan hanya sekedar sebab (lebih dari sebab semata), seperti seseorang yang sangat bergantung pada majikannya dalam keberlangsungan hidupnya atau masalah rezekinya, semacam ini termasuk syirik ashgor (syirik kecil) karena kuatnya rasa ketergantungan pada sebab tersebut.

perilaku tawakal dalam kehidupan sehari-hari

Selalu bersyukur jika mendapatkan nikmat dari Allah swt, dan bersabar apabila mendapatkan musibah. Selalu berdoa dan menyerahkan diri atas apa yang kita usahakan sebelumnya. Selalu berprasangka baik terhadap Allah SWT atas kejadian atau apa yang kita terima.


Tawakal bukan hanya sekadar merasakan segala perkara kepada Allah Ta'ala, tetapi diawali dengan usaha-usaha ataupun jalan-jalannya yang kuat. Setelah itu serahkan hasilnya kepada Allah Ta'ala. Di antara ciri orang yang bertawakal ialah memiliki semangat yang kuat.


Manfaat tawakal yang pertama adalah mendapatkan kemudahan hidup di dunia dan akhirat. Sikap tawakal atau berserah diri kepada Allah ini memberikan ketenangan pada hati. Setelah berusaha maksimal maka umat muslim sudah seharusnya menyerahkan hasil usahanya kepada Allah

Tawakal bagian dari perkara yang sangat agung karena “tawakal merupakan perwujudan dari ketauhidan.

Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.


Terimakasih 







Belajar Bersabar

Sabar merupakan kemampuan mengendalikan diri yang juga dipandang sebagai sikap yang mempunyai nilai tinggi dan mencerminkan kekokohan jiwa orang yang memilikinya.

Apa itu sabar dalam Islam?
Sabar sendiri maknanya sangat luas, tidak hanya menahan diri dari hal-hal yang tidak sesuai aturan Allah SWT, namun juga menahan diri dari nafsu, menahan diri saat di beri kelapangan maupun tatkala dihadapkan dalam situasi yang sempit.

Sabar itu apa artinya?

Makna sabar

Kata sabar berasal dari bahasa Arab yaitu as-Shabru, yang berarti menahan diri dari keluh kesah.
Keutamaan Sabar Dalam Islam
  1. Orang yang sabar akan senantiasa bersama-sama Allah. ...
  2. Bersabar adalah ladang pahala tanpa batas. ...
  3. Orang-orang yang sabar adalah orang-orang yang mulia. ...
  4. Sabar membuat kita lebih peka terhadap kekuasaan Allah subhana hua ta'ala. ...
  5. Segala urusan yang dihadapi oleh orang-orang sabar adalah baik.
Kesabaran berkaitan dengan bagaimana kemampuan seseorang mengendalikan dirinya dengan baik, berikut ciri-ciri orang sabar.
  1. Lebih Suka Mengalah. Ciri-ciri orang yang sabar yang pertama ialah tidak suka memaksakan kehendaknya kepada orang lain. ...
  2. Mudah Memaaafkan. ...
  3. 3. Bukan Pendendam. ...
  4. 4. Rasional dalam Bertindak. ...
  5. Tidak Egois.
Kenapa Allah menguji kesabaran?
Pada hakikatnya, ujian dan cobaan merupakan cerminan kasih sayang dan keadilan dari Allah untuk para hamba-Nya yang beriman. Allah tidak rela menimpakan azab yang pedih di akhirat kelak, sehingga Ia menggantinya dengan menimpakan berbagai cobaan di dunia yang juga berfungsi sebagai penggugur segala dosa-dosa

Apa janji Allah kepada orang yang sabar?
Allah bakal memberikan kabar gembira, petunjuk, berkah, dan rahmat-Nya kepada orang-orang yang sabar. Hal ini sesuai dengan surat Al-Baqarah ayat 155-157. “… Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.

Contoh Perilaku Sabar Dalam Kehidupan Sehari Hari

1. Sabar Menghadapi Musibah

Contoh perilaku sabar dalam kehidupan sehari hari adalah selalu sabar ketika menghadapi musibah yang silih berganti. Percayalah Tuhan memiliki rencana lain yang lebih indah setelah adanya musibah ini, sehingga tidak boleh suudzon.

Setiap orang akan diberikan musibah untuk menguji keimanan dari hambaNya. Besar atau kecilnya musibah yang dihadapi bergantung dari pemberian Tuhan, sehingga tidak bisa memilihnya. Semakin besar masalahnya, menandakan bahwa orang tersebut memang pilihan Tuhan.

2. Mendengarkan Nasehat

Nasehat yang diberikan oleh orang lain, biasanya berisi petuah-petuah ataupun motivasi penting yang harus didengarkan secara seksama. Meskipun orang yang memberikan nasehat tersebut bukanlah orang yang disukai, tapi harus bersabar dalam mendengarkannya.

Tidak ada hal yang sia-sia apabila mendengarkan nasehat tersebut karena bermanfaat bagi kehidupan, sehingga cocok sekali untuk didengarkan. Pastikan nasehat tersebut tidak melenceng dari ajaran yang sudah diterima saat ini.

3. Menahan Hawa Nafsu

Setiap orang memiliki keinginan yang biasanya ingin diwujudkan dalam waktu dekat. Keinginan tersebut terkadang mengalahkan kebutuhan, sehingga tidak pantas jika diwujudkan. Orang yang mampu menahan hawa nafsu untuk mewujudkan keinginan, tergolong ke dalam orang yang sabar.

Biasanya orang tersebut akan terampil dalam mengelola uang yang dimilikinya, sehingga cenderung lebih hemat dan hidupnya terorganisir. Tidak semua yang diinginkan harus diwujudkan, karena masih ada beberapa hal lain yang lebih penting untuk diwujudkan terlebih dahulu.

4. Tidak Membalas Ejekan

Umumnya, seseorang yang diejek akan merasa sakit hati dan membalas perbuatan tersebut, sehingga akan terjadi perkelahian. Kejadian seperti ini memang sering terjadi di kehidupan masyarakat, karena satu sama lain tidak mau mengalah.

Bersikap sabar dalam menghadapi ejekan tersebut dan mendiamkannya merupakan salah satu perilaku terpuji. Tentu tak semua orang bisa melakukannya karena memang sulit melakukan hal tersebut. Sifat sabar memang perlu dilatih, sehingga tidak bisa kalau secara instan.

5. Memaafkan Kesalahan Orang Lain

Tingkat kesabaran yang termasuk tinggi adalah mampu memaafkan kesalahan orang lain tanpa menyimpan rasa dendam sedikitpun. Hanya orang yang memiliki keistimewaan yang bisa menerapkan perilaku ini, sehingga cukup jarang yang mampu bertahan.

6. Berlaku Baik Kepada Orang Yang Memusuhi

Identiknya seseorang akan membenci orang lain yang memusuhinya. Namun, bagi orang-orang yang penyabar tentu tidak memiliki anggapan demikian karena Tuhan saja maha memaafkan. Cobalah untuk berdamai dengan keadaan dan memaafkan mereka yang belum memiliki kesadaran lebih.

7. Berprasangka Baik Kepada Allah

Ketetapan yang telah diberikan Tuhan kepada manusia harus bisa diterima dengan baik karena memang itulah yang sudah digariskan. Selalu berprasangka baik, termasuk ke dalam contoh perilaku sabar dalam kehidupan sehari hari yang harus selalu dilatih.

Tuhan memiliki kekuasaan atas hambanya sehingga tak pantas untuk mempertanyakan ataupun menyalahkan segala ketetapanNya. Meskipun merasa tidak suka dengan ketetapan tersebut, namun manusia harus bisa intropeksi diri dan memandangnya dengan kacamata yang positif.

8. Sabar Menghadapi Kelas Ramai

Karakter orang-orang yang ada di dalam kelas tentu saja berbeda dan tidak bisa disalahkan. Apabila orang tersebut tergolong ke dalam introvert, tentu tidak suka dengan keramaian yang ada di kelas sehingga lebih memilih menyendiri.

9. Menunggu Antrian

Antrian yang begitu panjang bukanlah masalah yang berarti selagi semuanya tertib. Orang yang sabar akan menunggu antrian tersebut tanpa mengeluh, sehingga hati pun akan jauh lebih tenang dan terhindar dari boros energi untuk mengeluarkan emosi.

10. Tersenyum Ketika Diremehkan

Seseorang yang mencoba untuk meremehkan akan kalah, apabila dibalas dengan senyuman. Tak perlu diambil hati setiap omongan yang menyakitkan tersebut, karena sejatinya manusia tidak membutuhkan penilaian dari manusia lain.

Contoh perilaku sabar dalam kehidupan sehari hari yang sudah disajikan tersebut layak sekali dicontoh agar mampu menjadi pribadi yang berkualitas. Terus melatih kesabarannya, karena sesungguhnya kesabaran itu tidak memiliki batasan tertentu sehingga tidak akan ada selesainya.

Makna Yang Terkandung Dalam Tauhid

Assalamualaikum warahmatullahi wabarrokatuh 

Realisasi Tauhid Dalam Kehidupan

meyakini keesaan Allah, baik zat, sifat, maupun pekerjaan-Nya.

Sebagai seorang muslim, kita dituntut untuk merealisasikan tauhid dalam kehidupan kita sehari-hari, karena tauhid merupakan ajaran dasar Islam yang di atasnya dibangun syariat-syariat agama. Menurut bahasa, tauhid adalah Bahasa Arab yang berarti mengesakan atau menganggap sesuatu itu esa atau tunggal. 


Dalam ajaran Islam, yang dimaksud dengan tauhid adalah keyakinan akan keesaan Allah swt. Sebagai Tuhan yang telah menciptakan, memelihara, dan menentukan segala sesuatu yang ada di alam ini. Keyakinan seperti ini dalam ajaran tauhid disebut dengan Rubūbiyyah. Sebagai konsekuensi dari keyakinan ini, kita dituntut untuk melaksanakan ibadah hanya tertuju kepada Allah swt. Dengan kata lain hanya Allah yang berhak disembah dan diibadati. Keyakinan ini disebut dengan Ulūhiyyah. Kedua ajaran tauhid ini (yakni Rubūbiyyah dan Ulūhiyyah) harus kita jadikan bagian dari hidup dan kehidupan kita, dalam menghadapi berbagai keadaan, baik dalam menghadapi hal-hal yang menyenangkan karena memperoleh nikmat atau dalam menghadapi hal-hal yang menyedihkan, karena ditimpa oleh musibah.


Dalam ajaran tauhid, paling tidak ada tiga hal mendasar yang dibicarakan. Pertama, Ilāhiyyāt, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan Tuhan, baik sifat-sifat-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya dan hubungan antara Tuhan dan hamba-hamba-Nya. Kedua, Nubuwwāt, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan para nabi yang diutus oleh Allah swt. kepada seluruh umat manusia, untuk menyampaikan syariat-syariat-Nya kepada mereka. Ketiga, Sam’iyyāt, yaitu informasi-informasi yang dibawa oleh para nabi tersebut berupa wahyu yang mereka terima dari Allah swt. untuk disampaikan kepada umat mereka masing-masing.

Dalam ketiga ajaran dasar ini, termuat ajaran tentang malaikat, kitab dan takdir. Dan dari ajaran dasar inilah ditegakkan rukun-rukun Islam, berupa syahadat, salat, puasa, zakat dan haji serta ibadah-ibadah lainnya. Sebagai pelengkap, sekaligus penyempurna, disyariatkan pula ihsān yang harus menyertai berbagai ibadah yang kita lakukan. Dan buah dari ketiga ajaran Islam ini (yakni Iman, Islam dan Ihsān) adalah baiknya prilaku atau akhlak seorang hamba Allah swt. baik dalam rangka berhubungan dengan Allah swt. dengan sesama manusia, ataupun dengan alam lingkungannya. Semua hal ini, telah direalisasikan oleh Nabi Besar Muhammad saw. dalam kehidupan beliau sehari-hari. Dan kita sebagai umat beliau diminta untuk meneladani seluruh aspek kehidupan beliau semampu kita.

Salah satu prilaku Nabi Muhammad saw. yang harus kita teladani adalah melakukan ibadah berdasarkan apa yang disukai oleh Allah selaku Yang Berhak menerima ibadah, bukan yang disukai oleh mereka sendiri. Sebuah dialog ringan yang terjadi antara beliau dengan Ummul Mukminin, ‘Āisyah ra., ketika kaki Rasulullah saw. bengkak, karena banyak melakukan Qiyāmul Layl (salat malam). ‘Aisyah ra. berkata: Ya Rasulallah, Anda melaksanakan ibadah Qiyāmul Layl (salat malam) sampai kaki Anda bengkak, bukankah Allah telah mengampuni dosa-dosa Anda yang terdahulu maupun yang akan datang? Rasulullah saw. menjawab tegas:  Tidak patutkah aku menjadi seorang hamba yang pandai bersyukur?

Dialog ringan ini menjelaskan bahwa karena Allah menyukai hamba-hamba-Nya yang pandai bersyukur, maka Rasulullah saw. pun melakukannya, tanpa menghiraukan kaki beliau menjadi bengkak karenanya.


Sebagai manusia biasa, kita kadang-kadang punya persepsi sendiri tentang sesuatu, apakah perintah atau larangan Allah. Seringkali terjadi, persepsi kita bertolak belakang dengan apa yang Allah tetapkan. Hal ini telah disinggung oleh Allah swt. melalui firman-Nya Sūrah al-Baqarah ayat 216: “Diwajibkan atas kalian berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kalian benci. Boleh jadi kalian membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kalian dan boleh jadi kalian menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kalian. Allah mengetahui, sedang kalian tidak mengetahui”.

Jika ayat ini kita cermati, maka kita peroleh pemahaman bahwa sesungguhnya apa pun yang Allah perintahkan kepada kita, seharusnya kita lakukan dengan penuh ketaatan, sekalipun kadang-kadang terasa berat dan tidak menyenangkan. Di sinilah iman kita diuji, apakah kita betul meyakini bahwa hanya Allah yang semua perintah-Nya harus kita taati dan semua larangan-Nya harus kita tinggalkan, tanpa memperhitungkan faktor kesenangan atau kebencian kita terhadap perintah atau larangan tersebut. Karena kesenangan dan kebencian kita terhadap sesuatu bersifat nisbi dan relatif, sementara ketentuan Allah bersifat mengikat dan mutlak. Apa yang kita ketahui sangat terbatas, sementara Allah swt. adalah Mahatahu segala sesuatu. Karena itulah, dalam kaitan dengan menaati perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya ini, kita jangan tertipu oleh pengetahuan kita yang dangkal, sehingga mengukur baik dan buruk atau menyusahkan dan menyenangkan berdasarkan kemampuan kita sendiri. Padahal apa yang ditentukan oleh Allah swt. untuk kita tersebut, tentunya akan berakibat baik bagi kita semua. Pada ayat ini disebutkan sebagai contoh adalah kewajiban berperang. Yang kita bayangkan dalam berperang hanyalah sesuatu yang menyusahkan, apakah membunuh atau terbunuh, membinasakan atau dibinasakan. Dalam ajaran Islam, berperang itu diperintahkan, terutama untuk mempertahankan agama, menegakkan kebenaran serta mengurangi atau menghapuskan tindakan kezaliman dan kesewenangan. Karena itu, jika orang yang berperang mengalami kekalahan bahkan terbunuh, maka ia akan menjadi syahid dan jika dia memperoleh kemenangan, ia akan mendapatkan kebebasan dari kezaliman serta mendapatkan keridaan dari Allah swt. Apa pun yang akan diperoleh dari perang yang diperintahkan tersebut, merupakan kebaikan bagi mereka yang memenuhinya. 


Pahala ketaatan merupakan sesuatu yang pasti akan mereka peroleh. Di sinilah tauhid ulūhiyah harus berperan, berupa ketaatan sepenuhnya hanya diberikan kepada Allah swt., bukan untuk orang lain atau pribadi, persepsi, pemikiran dan nafsu kita sendiri. Di sisi lain, dalam peperangan, tauhid rubūbiyyah pun harus berperan pula. Di mana kita harus yakin bahwa yang dapat menjaga, memelihara dan menyelamatkan kita dalam segala keadaan hanyalah Allah swt.

Dalam menuntun untuk bersikap seperti ini, Rasulullah saw. bersabda, antara lain diriwayatkan oleh Ibnu Majah yang artinya: “…bahwa Sufyan bin Abdullah as-Saqafiy mengatakan: Aku berkata: Ya Rasulallah, sampaikanlah kepadaku suatu perkara yang dengannya, aku terpelihara. Rasulullah saw. bersabda: Katakanlah: Tuhanku adalah Allah, lalu berkomitmen (bahwa Anda selalu dalam keyakinan bahwa Allah yang menciptakan, memelihara, melindungi, memberi dan menentukan segalanya, karena itu Anda selalu menaati semua perintah dan larangan-Nya). Sufyan mengatakan lagi: Alangkah seringnya Anda mengkhawatirkan diriku ya Rasulallah. Kemudian Rasulullah memperlihatkan lidahnya dan mengatakan: Ini!”

Hadis ini, di samping menuntun kita untuk konsisten dan konsekuen dalam merealisasikan tauhid rubūbiyyah dan ulūhiyyah dalam kehidupan, juga mengingatkan kita untuk memelihara dan mengendalikan lidah dari pembicaraan dan omongan yang terkadang membawa kepada dosa dan perbuatan maksiat. Terkadang kita senang dengan tontonan di televisi yang menayangkan acara gosip atau membeberkan keaiban orang, atau kita terbuai oleh berita hoax dan turut serta dalam menyebarkannya.

Mari kita berupaya secara sadar meninggalkan semua kesalahan kita.


Terimakasih 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarrokatuh